Tulisan ini mencoba mengangkat kembali fenomena perilaku remaja yang memerlukan perhatian dari berbagai pihak khususnya keluarga. Suatu hal yang menarik dalam kehidupan sehari-hari remaja selalu menjadi sorotan. Baik itu di sekolah, di masyarakat maupun dalam keluarga. Terlebih lagi para remaja itu sebagian besar anak-anak yang terdidik. Maka banyak pihak kaget dan heran ketika mendengar seorang remaja usia 17 tahunan memperkosa gadis dibawah umur, mencuri, merampok bahkan membunuh kedua orangtuanya sendiri.
Mula-mula yang terdengar memang hanya sering terjadi di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Jogyakarta, dan Surabaya tetapi sekarang menjalar sampai ke daerah-daerah. Inilah pengaruh media massa. Banyak kejadian kota besar yang segera diketahui daerah dan ada semacam kecendrungan daerah untuk meniru kejadian di pusat.
Di lain pihak, remaja sendiri merasakan tuntutan hidup yang semakin kompleks dan tidak ringan. Di satu sisi mereka berhadapan dengan banyak teori atau idealisme, tetapi disisi lain mereka berhadapan dengan banyak kenyataan yang tidak sesuai dengan idealisme dan nalarnya. Bagi sebagian remaja, fungsi sekolah tidak lebih dari sekedar menyenangkan orang tua. Mereka melihat apa artinya sekolah kalau pekerjaan saja sangat kurang. Dan belum tentu begitu lulus dapat kerja, paling-paling menjadi penganggur. Mereka juga melihat banyak orang yang hanya dalam sekejap saja dapat menjadi kaya raya. Banyak orang dengan mudahnya menjadi terkenal tanpa harus berjuang bahkan tanpa pendidikan yang tinggi. Hal ini juga sangat berpengaruh dalam cara pandang remaja menghadapi permasalahan disekitarnya.
Mereka juga merasa kurang kesibukan dalam kehidupan kesehariannya. Tidak semua sekolah mengadakan kegiatan ekstrakurikuler untuk menyalurkan bakat dan minat anak-anak remaja. Mengaktualisasikan dirinya lewat kegiatan, entah pramuka, mendaki gunung, marathon, atau olahraga yang semuannya bertujuan untuk membuat remaja sibuk dan berkembang.
Banyak pemberitaan mengenai kenakalan remaja mau tak mau berpengaruh pada kehidupan remaja yang lain. Remaja yang mula-mulanya baik dan alim dapat juga tiba-tiba berubah menjadi brutal. Lebih-lebih remaja yang belum mampu mengendalikan emosinya. mereka berada dalam posisi yang masih labil, mudah terbakar oleh isu-isu.Ada keluhan demikian, ‘Bagaimana mungkin betah di rumah kalau orang tua saja tidak pernah di rumah’. Kalaupun ada di rumah yang dibicarakan soal pekerjaan dan kesuksesan. Kesulitan sebagai remaja tidak pernah mereka pahami. Yang selalu diharapkan hanya sekolah berhasil dan berprestasi kemudian bisa bekerja. Dan mereka hanya menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak pada lembaga pendidikan tertentu dengan jaminan uang sekolah.
Orang tua selalu memberikan idola-idola yang telah sukses dan membanding-bandingkan dengan anak orang lain. Disini lalu muncul keluhan bahwa remaja kurang dihargai dimata orang tuanya. Si remaja merasakan bahwa perhatian orangtua kurang mendasar. Pendekatan psikologis dari orang tua terhadap anak kurang. Semakin perlu bahwa orang tua mengkomunikasikan dirinya pada anak-anaknya. Meski sibuk bagaimanapun, orang tua perlu menyediakan waktu khusus untuk kegiatan ini. Mungkin hanya sharing pengalaman kecil dan sederhana tapi itu perlu untuk menumbuhkan sikap terbuka pada diri anak.
Pendidikan Moral, Pendidikan dalam hal ini memegang peranan yang amat penting. Baik itu pendidikan di sekolah maupun dalam keluarga. Kalau anak semenjak dini ditanami dengan nilai-nilai moralitas yang baik, amat kecil kemungkinannya untuk melakukan tindakan yang tidak terpuji. Sehingga perlu pendidikan sopan santun dalam keluarga maupun sekolah semenjak masih duduk di sekolah dasar. Di samping itu juga perlu pendidikan agama yang seimbang dengan perkembangan usia anak. Dan yang tidak kalah penting adalah mengajak remaja untuk melihat kenyataan yang sesungguhnya. Sebab, kalau anak mampu melihat kenyataan dan kejadian yang ada disekitarnya kiranya tidak ada masalah. Kalau miskin terimalah apa adanya dan berusahalah dengan baik.
Demikian juga kalau remaja yang kebetulan anak orang kaya jangan sombong. Tentu saja penanaman sikap ini perlu proses yang panjang. Perlu ada usaha dan kerjasama baik orang tua, guru maupun lingkungan disekitar remaja itu sendiri. Hal yang tidak kalah pentingnya, yaitu menanamkan sikap percaya diri dalam diri remaja. Percaya akan diri sendiri dan kemampuan diri sendiri amatlah penting. Remaja diajak utnuk melihat diri sendiri secara utuh. Melalui pendidikan di sekolah dan dalam keluarga hendaknya ditanamkan sikap solider terhadap orang lain. Sikap solider terhadap mereka yang menderita dan sengsara.Kiranya jelas, bahwa masalah yang timbul dalam diri remaja pada dasarnya berakar pada mereka sendiri dan penyelesaiannya ada dalam diri mereka sendiri dengan dibantu orang-orang disekitarnya. Dan mudah-mudahan citra remaja yang telah banyak rusak dan ternodai semakin berkurang. Amin..